Dampak dari krisis ekonomi 2008 tidak terbatas pada pemilik rumah yang bermasalah, pemberi pinjaman hipotek, dan lembaga keuangan besar. Krisis menyebar lebih jauh, membuat seluruh negara menghadapi kehancuran finansial. Kepailitan nasional bukan masalah sederhana dari sebuah negara pergi ke pengadilan dan mengajukan kebangkrutan. Sebaliknya, sebuah negara yang bangkrut memicu konsekuensi ekonomi yang serius di dalam dan luar negeri, sering kali memerlukan penyelamatan dari investor asing atau lembaga global seperti Dana Moneter Internasional.
Definisi
Surat kabar Jerman "Spiegel" melaporkan masalah kebangkrutan nasional pada 2008, setelah negara pulau Islandia mendekati kebangkrutan. Ketika suatu negara tidak bisa lagi membayar bunga atas utangnya atau meyakinkan siapa pun untuk meminjamkan uang, itu telah mencapai kebangkrutan. Kemungkinan penyebab kebangkrutan suatu negara dapat mencakup perang atau salah kelola keuangan oleh pemerintah, surat kabar itu melaporkan.
Sejarah
Seluruh bangsa menjadi bangkrut secara finansial bukanlah fenomena baru. "Spiegel" melaporkan dalam sebuah artikel tahun 2008 bahwa Jerman mengalami kebangkrutan dua kali pada abad ke-20: sekali pada tahun 1923 setelah Perang Dunia I dan lagi setelah berakhirnya Perang Dunia II pada tahun 1945. Sejak itu, surat kabar melaporkan, Rusia mengalami kebangkrutan pada tahun 1998., diikuti oleh Argentina pada tahun 2001. Pada tahun 2008 Islandia menjadi negara pertama yang menjadi korban krisis keuangan yang diakibatkan setelah jatuhnya pasar perumahan AS. "Spiegel" melaporkan bahwa negara-negara lain, termasuk Ukraina dan Pakistan, menghadapi kehancuran finansial juga.
Efek
Ketika suatu negara menjadi bangkrut dan gagal bayar atas pinjamannya, bank sentral dapat mencoba menarik investor asing tambahan dengan menaikkan suku bunga pada obligasi negara. "Spiegel" melaporkan bahwa bank sentral Islandia menaikkan suku bunganya menjadi 18 persen pada 2008 sementara Venezuela menawarkan 20 persen bunga dengan harapan menjual obligasi. Kenaikan suku bunga yang begitu besar berdampak negatif pada peringkat kredit negara itu sendiri, yang "Spiegel" katakan sering mengakibatkan pemberi pinjaman menghapus pinjaman yang tidak bisa dibayar kembali oleh negara.
Inflasi besar-besaran
Ketika suatu negara mencapai kebangkrutan, inflasi besar-besaran adalah kemungkinan hasil untuk konsumen dan bisnis negara. Harga saham sering anjlok, bersama dengan nilai mata uang negara. Ketika nilai uang turun, bank runs dapat menyebabkan warga panik yang panik untuk menarik uang tunai dari rekening mereka. Ini terjadi di Argentina pada tahun 2001 setelah pemerintah di sana membekukan rekening bank, membatasi jumlah uang yang dapat ditarik orang. "Spiegel," kata banyak orang Argentina yang putus asa bahkan tidur di depan ATM, berharap untuk menarik uang tunai sebanyak apa yang mereka bisa.
Peringatan
Dalam beberapa kasus, kerusuhan sosial dan politik dapat terjadi jika suatu negara bangkrut. Di Argentina, penduduk yang marah membuat kerusuhan dan menjarah supermarket di tengah kebangkrutan negara tahun 2001. Di Islandia, kepala bank sentral negara itu terpaksa mengundurkan diri setelah krisis negara itu, yang membuat ribuan orang Islandia kehilangan pekerjaan dan tabungan hidup mereka, menurut laporan tahun 2009 oleh "The Times of London."
Pencegahan / Solusi
Untuk mencegah kebangkrutan atau mengatasi dampaknya, pemerintah yang bangkrut sering mencari bantuan ke luar negeri. Negara-negara dalam kesulitan yang paling mengerikan mencari pinjaman darurat dari Dana Moneter Internasional (IMF). Penerima bantuan IMF sudah termasuk Hongaria dan Ukraina. Namun, bantuan IMF datang dengan ikatan. Sebagai imbalan atas bantuan IMF, "Spiegel" melaporkan, Ukraina dipaksa untuk membekukan pengeluaran sosial, memprivatisasi beberapa layanan pemerintah, dan meningkatkan harga gas alam.
Potensi
Pada tahun 2009 sejarawan Harvard Niall Ferguson meramalkan bahwa semakin banyak negara Eropa berada dalam bahaya kebangkrutan. Dalam sebuah laporan oleh surat kabar "The Guardian" dari Inggris, Ferguson mengatakan Irlandia, Italia, dan Belgia berada dalam bahaya terbesar kebangkrutan, dengan Inggris juga dalam risiko.