Pengusaha yang ingin menghindari kesalahan mahal dalam merekrut kandidat yang salah untuk posisi terbuka dapat menggunakan wawancara mendalam. Berbeda dengan wawancara standar, di mana setiap kandidat ditanyai serangkaian pertanyaan yang lebih umum, wawancara mendalam membutuhkan pewawancara untuk menyelidiki lebih dalam latar belakang pelamar untuk belajar sebanyak mungkin tentang dirinya. Pendekatan mendalam ini memang memiliki kelemahan potensial.
Bias pewawancara
Wawancara mendalam cenderung kurang terstandarisasi dan lebih mengandalkan gaya bertanya pewawancara dan pilihan materi pelajaran. Akibatnya, pewawancara dapat secara sengaja atau tidak sengaja memasukkan bias pribadinya ke dalam proses tersebut. Alih-alih mengungkap karakter atau karakter kepribadian yang paling sesuai dengan posisi atau organisasi, ia dapat membuat penilaian berdasarkan ide-ide yang sudah terbentuk sebelumnya tentang seperti apa calon yang ideal seharusnya. Hal ini dapat menyebabkan tersingkirnya kandidat yang mungkin benar-benar cocok.
Terlalu Pribadi
Wawancara mendalam dapat menimbulkan risiko pewawancara merambah ke wilayah yang tidak pantas, atau bahkan ilegal. Mencari tahu kehidupan pribadi seorang kandidat dapat menimbulkan pertanyaan tentang area terlarang seperti orientasi seksual, status perkawinan, usia atau kemungkinan cacat. Sementara pewawancara dapat memperoleh informasi penting tentang latar belakang pelamar, ia juga dapat mengasingkan kandidat yang berkualifikasi tinggi, atau tanpa disadari membuka jalan bagi tuntutan hukum terhadap perusahaan.
Panjangnya
Wawancara mendalam seringkali membutuhkan lebih banyak waktu karena sifat pertanyaan dan tanggapannya yang terperinci. Jika sebuah perusahaan perlu mengisi lowongan secara cepat, atau ingin mewawancarai banyak kandidat, wawancara mendalam dapat menyebabkan penundaan yang lama dalam proses perekrutan. Kandidat yang memenuhi syarat yang memiliki prospek pekerjaan lain dapat memutuskan untuk mencari peluang ini jika proses perekrutan berlangsung terlalu lama. Sementara itu, perusahaan harus beradaptasi dengan kurangnya produksi dari posisi yang tidak terisi.
Inkonsistensi
Format wawancara terstandarisasi memastikan bahwa setiap kandidat ditanyai serangkaian pertanyaan yang sama, membuatnya lebih mudah untuk membandingkan tanggapan di seluruh papan. Dengan wawancara mendalam, sifat respons kandidat dapat mengarahkan wawancara ke arah yang berbeda untuk masing-masing kandidat. Oleh karena itu, ketika tiba saatnya untuk mengevaluasi setiap kandidat dan membuat keputusan perekrutan, hasilnya dapat menjadi perbandingan "apel dengan jeruk", yang dapat membuat pilihan menjadi lebih sulit.