Pustakawan dan spesialis media pada kenyataannya tumpang tindih dan seringkali memiliki peran yang sama dalam perpustakaan. Peran pustakawan tradisional telah berkembang pesat seiring waktu karena perpustakaan menjadi lebih terintegrasi secara elektronik daripada hanya pusat-pusat besar yang memegang buku. Spesialis media adalah gelar yang biasanya diberikan kepada pustakawan di pusat media sekolah yang membantu fakultas dalam pengembangan kurikulum.
Pustakawan Tradisional
Pustakawan secara tradisional bertanggung jawab atas pengawasan dan pengoperasian perpustakaan, paling umum dianggap gudang untuk catatan, buku dan dokumen kertas lainnya. Pustakawan dalam peran dan fasilitas tradisional ini paling peduli dengan mengelola katalog buku, mengikuti judul baru, dan bergantung pada jenis perpustakaan, mendorong populasi untuk membaca berbagai jenis program keanggotaan, klub buku, dan program insentif lainnya.
Transisi Elektronik
Seiring kemajuan teknologi, perpustakaan beralih dari fasilitas penyimpanan buku ke pertukaran data elektronik lengkap dengan Internet, perpustakaan digital, serta teknologi dan sumber daya informasi lainnya. Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) menunjukkan bahwa sebagai akibat dari perubahan sifat perpustakaan itu sendiri, peran pustakawan tradisional juga telah berkembang. Pustakawan sekarang disebut dengan berbagai judul untuk menandakan baik fungsi pekerjaan umum atau khusus teknis. Pustakawan umum sering disebut sebagai spesialis informasi karena mereka membantu pengunjung melacak informasi dan menemukan sumber daya yang berguna melalui berbagai saluran.
Spesialis Media
Spesialis media adalah judul abad ke 21 yang semakin umum digunakan untuk tipe pustakawan tertentu yang berspesialisasi dalam pengajaran informasi. Judul ini biasanya diterapkan dalam pengaturan perpustakaan sekolah di mana label "spesialis media sekolah" sering diterapkan. Menurut BLS, spesialis media berfungsi sebagai konsultan virtual yang membantu guru memberikan instruksi terbaru kepada siswa menggunakan informasi terbaru dan sumber daya teknologi yang tersedia.
Kontroversi
Konflik dapat terjadi ketika fakultas merasa bahwa spesialis media mengganggu peran mereka sebagai guru dan mencoba untuk menetapkan kurikulum. Ini adalah premis dari artikel Instruksi Perpustakaan "Peran Kurikulum dan Tanggung Jawab Spesialis Media Library," yang ditulis oleh Robert E. Berkowitz dan Michael B. Eisenberg. Para penulis menunjukkan bahwa guru dan administrator sekolah secara historis tersinggung oleh anggapan bahwa spesialis media adalah kolega mereka dalam pendidikan. Pendidik secara tradisional lebih suka melihat spesialis media sebagai sumber tambahan. Kolaborasi antara kedua peran ini telah meningkat pada abad ke-21 ketika teknologi informasi menjadi lebih luas dalam pendidikan dan spesialis media menjadi lebih sadar akan sumber daya.