Apa Tingkat Inflasi yang Tinggi?

Daftar Isi:

Anonim

Di bidang ekonomi, inflasi berarti kenaikan harga secara keseluruhan. Meningkatnya inflasi mengurangi nilai uang dengan mengikis daya beli unit mata uang, seperti tagihan dolar. Tingkat inflasi merupakan persentase perubahan tingkat harga. Para ekonom mungkin tidak sepakat tentang apa yang merupakan tingkat inflasi yang tinggi, tetapi mereka setuju bahwa itu menimbulkan masalah ekonomi yang besar.

Identifikasi

Tingkat inflasi mengacu pada perubahan persen dalam ukuran tingkat harga agregat antara periode waktu. Di Amerika Serikat, sebagian besar ekonom menggunakan Indeks Harga Konsumen, atau CPI, untuk mengukur tingkat inflasi. Departemen Perdagangan A.S. menghitung CPI setiap bulan.

Ukuran

Institut Web Ekonomi mendefinisikan inflasi tinggi sebagai peningkatan antara 30 persen dan 50 persen per tahun. Bank-bank sentral, seperti Federal Reserve di Amerika Serikat, berusaha untuk menjaga inflasi seminimal mungkin sebagai bagian dari kebijakan moneter mereka. Beberapa bank sentral berusaha menahan kenaikan tingkat inflasi ke kisaran target 1 hingga 3 persen.

Geografi

Definisi tingkat inflasi yang tinggi mungkin berbeda di berbagai negara, berdasarkan pada sejarah dan pengalaman mereka sendiri dengan inflasi. Institut Web Ekonomi mencatat bahwa tingkat inflasi moderat antara 5 persen dan 30 persen setahun dapat dikualifikasikan sebagai inflasi tinggi di beberapa negara. Untuk negara-negara dengan target inflasi 1 hingga 3 persen, kenaikan 5 persen atau lebih setahun dapat dianggap sebagai tingkat inflasi yang tinggi.

Hiperinflasi

Istilah "hiperinflasi" mengacu pada inflasi yang naik dengan cepat, di luar kendali. Namun, tidak ada definisi numerik yang tepat dari istilah tersebut. Hiperinflasi hanya mengacu pada kenaikan tinggi yang tidak terkendali dalam tingkat inflasi. The Concise Encyclopedia of Economics mengacu pada kenaikan inflasi lebih dari 50 persen sebulan sebagai hiperinflasi. Ekonom Stephen Hanke mengutip inflasi tak terkendali yang mencengkeram Zimbabwe pada 2007 sebagai contoh. Dia menulis bahwa, pada Maret 2007, inflasi di Zimbabwe melonjak 50 persen. Bulan berikutnya, pemerintah Zimbabwe mendevaluasi mata uangnya sebesar 98 persen.

Efek

Inflasi tinggi tanpa disertai dengan kenaikan pendapatan yang sesuai mengurangi pengeluaran konsumen, serta pilihan tabungan dan investasi. Pengurangan belanja oleh konsumen akan merusak laba perusahaan, yang mengurangi harga saham. Inflasi yang tinggi juga membahayakan investasi obligasi dengan membuat pembayaran tetap mereka kurang bernilai. Untuk mengendalikan inflasi, bank sentral menerapkan kebijakan moneter kontraktif, mengurangi jumlah uang yang beredar dan mempersulit konsumen dan bisnis untuk memperoleh kredit.

Direkomendasikan