Tentang Manajemen Konflik

Daftar Isi:

Anonim

Ketika seseorang ditentang oleh orang lain karena kebutuhan dan tujuannya berbeda, ia menghadapi konflik. Perasaan marah, frustrasi, sakit hati, cemas atau takut hampir selalu menyertai konflik. Manajemen konflik mengidentifikasi dan menangani konflik menggunakan komunikasi yang efektif, penyelesaian masalah dan memahami minat masing-masing orang untuk bernegosiasi secara adil.

Tujuan Manajemen Konflik

Manajemen konflik adalah proses sistematis untuk menemukan hasil yang memuaskan antara pihak-pihak yang berkonflik. Dengan manajemen konflik, tim, kelompok dan organisasi berfungsi lebih efektif dan mencapai tujuan. Tanpa itu, kinerja grup akan terpengaruh. Manajemen konflik kurang tentang mengidentifikasi masalah daripada membangun proses yang berkelanjutan dengan para pemimpin yang berdedikasi untuk menciptakan saluran komunikasi terbuka, mengembangkan hubungan kerja yang produktif, mendorong partisipasi, meningkatkan proses dan prosedur organisasi dan membantu individu mengembangkan hasil "win-win".

Situasi yang Membutuhkan Manajemen Konflik

Tempat kerja dapat menciptakan situasi antara rekan kerja, atau antara majikan dan karyawan sebagai akibat dari komunikasi yang buruk. Misalnya, seorang karyawan mungkin tidak diberi tahu tentang suatu keputusan atau tidak memahami alasan suatu keputusan. Dia mungkin berkonflik karena rumor. Mungkin, dia salah paham tentang peran yang ditugaskan manajemen kepadanya. Jika manajemen menunjukkan kepada karyawan kurangnya dukungan, situasinya dapat tumbuh dan membutuhkan manajemen konflik.

Proses Manajemen Konflik

Proses manajemen konflik melibatkan pemahaman sifat konflik, siapa yang terlibat dan memulai resolusi. Dalam kasus konflik antara pengusaha dan karyawan, pengusaha memulai manajemen konflik dengan mengatur waktu untuk bertemu dengan karyawan dan konsultan sumber daya manusia atau fasilitator. Semua pihak harus memahami bahwa tujuan mengelola konflik adalah untuk menemukan solusi. Poin tindakan, jika diperlukan, harus diselesaikan dalam waktu tertentu. Begitu situasi telah diselesaikan, penyebabnya harus didiskusikan dengan langkah-langkah untuk menghentikan situasi agar tidak terulang kembali.

Evolusi Manajemen Konflik

Sebelum 1940-an, konflik dianggap kontraproduktif dengan tujuan organisasi. Gaya manajemen konflik adalah penghindaran konflik yang membuat pihak yang berkonflik merasa diremehkan. Sejak pertengahan 1970-an, para ahli percaya bahwa organisasi yang bebas konflik dan kooperatif cenderung menjadi stagnan dan tidak responsif terhadap perubahan pasar. Akibatnya, posisi baru dalam manajemen konflik muncul sebagai pendekatan interaktif yang mendorong konflik untuk meningkatkan kinerja di tempat kerja melalui manajemen konflik. (Lihat Referensi 4)