Seniman menciptakan bukan dalam ruang hampa, tetapi sebagai anggota masyarakat yang tidak terpisahkan. Karenanya, pekerjaan mereka sering mengungkapkan sudut pandang tentang masyarakat, termasuk politik dan pemerintahannya. Dari Renaisans Italia hingga Amerika modern, seni telah memainkan peran penting dalam politik, dan keduanya memiliki hubungan yang sering kompleks. Meskipun otoritas pemerintah telah memberikan dukungan untuk seni, politik dan seni sering memiliki hubungan yang bermusuhan. Ini terutama berlaku di zaman modern, karena banyak seniman mengekspresikan pandangan politik dan sosial melalui karya mereka.
Perlindungan dalam Sejarah
Secara historis, otoritas politik telah menjadi sumber perlindungan bagi seniman. Selama Abad Pertengahan, Gereja Katolik Roma, dengan kekuatan politiknya sendiri, menugaskan lukisan dan patung bertema keagamaan. Perlindungan seni meningkat selama Renaisans, ketika keluarga yang kuat secara politik, seperti Medici di Florence, Italia, mendukung pelukis, pematung, dan musisi terkemuka.
Perlindungan modern
Meskipun saat ini para seniman, mulai dari pelukis dan pematung hingga musisi dan pembuat film, kurang bergantung pada pemerintah sebagai sumber dukungan, dukungan hidup dalam organisasi seni negara dan lembaga federal seperti National Endowment for the Arts (NEA). Kongres menciptakan NEA pada tahun 1965 sebagai lembaga independen untuk mendukung dan mempromosikan upaya artistik. Endowmen memberikan hibah kepada museum, kelompok teater dan proyek seni dan entitas lainnya.
Seni sebagai Politik
Karena seniman lebih banyak memperoleh mata pencaharian mereka dari penjualan, pameran, dan kinerja karya mereka, mereka semakin tidak bergantung pada pemerintah dan otoritas politik untuk mendapatkan perlindungan. Seiring berjalannya waktu, seni visual dan pertunjukan menjadi lebih provokatif secara politis, dengan seniman menggunakan karya mereka untuk membuat pernyataan atau menyoroti masalah tertentu. Lukisan terkenal Pablo Picasso "Guernica" berdiri sebagai salah satu contoh. Dicat pada tahun 1930-an, "Guernica" menyoroti kekejaman Perang Saudara Spanyol, yang membawa diktator Francisco Franco berkuasa di Spanyol.
Serangan Politik
Kemunculan seni yang terus berkembang kadang-kadang memancing reaksi politis. Selama tahun 1950-an, sebuah komite kongres menyelidiki aktor-aktor dan pembuat film Hollywood yang dicurigai sebagai afiliasi komunis. Pada 1980-an dan 1990-an, beberapa anggota Kongres berusaha untuk menghilangkan Endowment Nasional untuk Seni setelah keluhan oleh organisasi konservatif agama tentang beberapa proyek yang didanai NEA kelompok yang dianggap ofensif.
Wawasan Ahli
Artis Mark Vallen berpendapat bahwa semua seni bersifat politis. Walaupun kekuatan komersial, bukan kekuatan politik, menentukan sebagian besar kesuksesan artistik, faktor-faktor politik dalam sistem kapitalis pasar menjadikan seni secara otomatis menjadi bagian dari proses politik, tulis Vallen dalam esai 2004. Seniman dan karya-karya mereka telah memainkan peran penting dalam banyak acara sosial dan politik. Musik populer, misalnya, memberikan soundtrack virtual untuk kerusuhan politik dan sosial 1960-an dan 1970-an, seperti protes menentang Perang Vietnam. Selain itu, beberapa artis yang berprestasi, seperti vokalis U2 Bono, telah berhasil menggunakan selebriti mereka untuk menarik perhatian para pemimpin dunia terhadap masalah-masalah seperti kemiskinan global dan AIDS di Afrika.