Kekeliruan Komunikasi & Komunikasi Efektif

Daftar Isi:

Anonim

Salah satu hambatan utama untuk komunikasi yang efektif adalah alasan yang keliru atau salah. Kekeliruan adalah segala kesalahan dalam logika atau penalaran, atau kesalahpahaman apa pun yang datang melalui penalaran yang salah. Kekeliruan dapat dilakukan baik secara sengaja atau tidak sengaja. Ketika dibuat dengan sengaja, mereka umumnya dikaburkan oleh taktik retoris dalam upaya untuk mengeksploitasi, membingungkan atau memanipulasi lawan bicara atau pendengar. Namun, ketika digunakan secara tidak sengaja, mereka seringkali dapat menyebabkan kesalahpahaman antara pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi yang jujur.

Komunikasi yang efektif

Komunikasi yang efektif mensyaratkan sejumlah kondisi sederhana dipenuhi untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahpahaman antara pihak dalam pertukaran. Pertama, pembicara harus mencoba mengekspresikan diri mereka secara akurat, jelas dan benar. Mereka harus menahan diri dari retorika yang berkembang atau pola bicara yang dapat membingungkan pendengar, dan mereka harus menyampaikan informasi secara langsung. Kedua, lawan bicara harus mendengarkan satu sama lain dengan cermat. Mereka harus meminta klarifikasi kapan saja diperlukan. Akhirnya, lawan bicara tidak boleh langsung mengambil kesimpulan atau membuat asumsi yang salah tentang apa yang ingin dikatakan oleh pihak lain, sudah tahu atau bisa mencari tahu sendiri. Poin harus dibuat sejelas mungkin.

Kekeliruan Formal

Kekeliruan formal adalah kelemahan struktural dalam penalaran deduktif yang membuat argumen tidak valid. Ada banyak jenis kekeliruan formal, tetapi yang paling umum umumnya dibuat tanpa orang sadari bahwa mereka telah membuat semuanya. Ini, pada gilirannya, dapat menghambat komunikasi yang efektif. Tegasnya, kekeliruan formal berbeda dari kesalahan faktual, karena itu dihasilkan dari kesalahan struktural murni dalam penalaran tentang seperangkat proposisi; jika proposisi faktual salah, tetapi kesimpulannya sendiri secara logis, argumen secara teknis masih baik, bahkan jika faktanya salah.

Kekeliruan Informal

Sementara kekeliruan formal terjadi karena cacat dalam struktur logis dari suatu argumen, kekeliruan informal terjadi karena kelemahan dalam isi argumen. Ada banyak jenis kekeliruan informal, dan setiap argumen yang diberikan dapat melakukan lebih dari satu pada saat yang sama, tetapi umumnya mereka dapat dibagi menjadi tiga jenis. Yang pertama adalah fallacy of ambiguity. Ini terjadi ketika makna premis atau kesimpulan tidak jelas.

Yang paling umum dari ini adalah penyangkalan, yang terjadi ketika frasa diartikan atau didefinisikan dalam argumen dalam dua atau lebih cara yang berbeda. Yang kedua adalah kekeliruan anggapan. Ini terjadi ketika premis atau kesimpulan sudah dianggap benar sebelum fakta. Hal ini seringkali dapat mengarah pada pernyataan tautologis, seperti "aturan adalah aturan." Akhirnya, ada kekeliruan relevansi. Ini terjadi ketika premis yang tidak relevan dimasukkan ke dalam argumen untuk menarik kesimpulan yang salah. Ini sering terjadi dalam wacana politik, biasanya ketika penghinaan digunakan sebagai pengganti argumen yang masuk akal.

Kekeliruan verbal

Kekeliruan verbal juga merupakan kekeliruan ambiguitas, tetapi paling sering terjadi dalam wacana lisan. Misalnya, ambiguitas dapat muncul dalam wacana lisan karena penekanan atau tekanan kalimat tidak jelas. Jika seseorang mengatakan "DIA terlihat bahagia," ini memiliki arti yang berbeda dari "dia Tampak bahagia." Jika stresnya tidak jelas, artinya bisa membingungkan. Demikian juga, kesalahan-kesalahan verbal dapat terjadi ketika suatu pernyataan dikeluarkan dari konteks, karena nada dan situasi ucapan tidak jelas.

Kegagalan komunikasi lintas budaya

Terkadang komunikasi yang efektif dapat gagal karena lawan bicara menganggap mereka memahami dan mematuhi aturan interaksi yang sama. Ini tidak selalu terjadi, dan untuk berasumsi salah bahwa fungsi sinyal komunikasi antar budaya seringkali dapat menyebabkan komunikasi yang jelas rusak. Misalnya, jika Ting berasal dari budaya di mana tidak sopan untuk berdiri dekat dengan orang lain saat berbicara dengan mereka, sementara Pedro berasal dari budaya di mana tidak sopan untuk tidak dekat dengan lawan bicaranya, ada kemungkinan canggung dan membingungkan Situasi komunikasi akan muncul, karena masing-masing mungkin berpikir yang lain bersikap kasar karena hanya mengikuti norma budaya mereka sendiri.

Direkomendasikan