Kode Etik Mode

Daftar Isi:

Anonim

Ada kode etik yang muncul melalui industri fashion. Gerakan global ini mendapatkan momentum. Desainer, produsen, dan distributor menangani masalah etis seperti debat bulu, pekerja sweatshop, outsourcing, dampak lingkungan, perdagangan global, dan gangguan citra tubuh yang diinspirasi oleh mode.

Aksi Global

Pada 2006, industri mode di Italia menganut kode etik informal yang ditujukan untuk memerangi anoreksia dan bulimia. Penata gaya, agen, dan fotografer di wilayah tersebut menandatangani perjanjian tidak resmi untuk tidak menggunakan model di bawah umur dan menambah ukuran model untuk pertunjukan landasan pacu.

Peraturan & Pedoman

Di Amerika Serikat, fashion adalah industri dengan sedikit peraturan. Kepatuhan terhadap upah minimum memengaruhi produksi darat yang mendorong industri untuk menuju lepas pantai. Tenaga kerja di bawah umur dan toko-toko sweat sweat ilegal di Amerika Serikat, menyebabkan sebagian besar desainer Amerika memindahkan produksinya ke tempat lain. Mode, seperti kebanyakan industri, diatur oleh laba.

Dampak Konsumen

Namun, perusahaan yang terlibat dalam mode sadar akan opini publik dan dampak potensial pada garis laba mereka. Pada 1980-an dan 90-an ketika persetujuan konsumen untuk bulu turun, penjualan bulu menghilang. Fashion belajar pelajaran mahal. Responsnya terhadap masalah konsumen adalah kode etik fesyen yang muncul.

Afiliasi

E. T. I. atau Ethical Trade Initiative telah menciptakan Global Sourcing Marketplace untuk memastikan perancang dan produsen mode memiliki akses ke rantai pasokan etis. Eco Fashion World menggunakan situs webnya untuk menyoroti para desainer dan pengrajin kecil yang mematuhi aturan perdagangan yang adil.

Etika Kreatif

Dipimpin oleh Diane Von Furstenberg, kekuatan mode New York telah menambah kode etik mode dengan mencari peraturan yang melindungi properti kreatif. Melampaui apa yang sekarang dilindungi, ide dan tren (logo dan desain garis-ke-garis) akan menjadi terlarang bagi desainer tiruan seperti Forever 21.