Sejarah Pengembangan Sumber Daya Manusia

Daftar Isi:

Anonim

Almarhum Presiden John F. Kennedy pernah berkata, “Kemajuan kita sebagai bangsa tidak bisa lebih cepat dari kemajuan kita dalam pendidikan. Pikiran manusia adalah sumber daya dasar kita. ”Dengan pernyataan itu, Presiden Kennedy mengungkapkan filosofi banyak industrialis dan peneliti yang berupaya meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan potensi individu karyawan. Metode mereka pada akhirnya mengarah pada penekanan yang lebih besar pada pengembangan manusia sebagai sumber daya.

Prasejarah

Istilah "sumber daya manusia" hanya diciptakan pada abad ke-20. Namun, umat manusia mengembangkan proses seleksi karyawan jauh sebelum itu. Bahkan selama periode prasejarah, manusia dengan hati-hati mempertimbangkan kualifikasi kandidat sebelum memilihnya untuk posisi kepemimpinan. Selain itu, manusia paling awal sangat mementingkan mewariskan pengetahuan yang diperlukan. Pengembangan sumber daya manusia bergantung pada pendidikan, yang melibatkan pengiriman bahan-bahan penting kepada karyawan sehingga mereka dapat melakukan pekerjaan mereka dengan lebih baik.

Sejarah kuno

Ketika peradaban manusia terus berkembang, demikian juga keinginan untuk meningkatkan kinerja dan pengetahuan karyawan. Sejarawan telah menemukan bukti ujian penyaringan kerja sejak 1115 SM. di China. Orang Yunani dan Babilonia kuno menciptakan sistem pemagangan, yang melatih karyawan tingkat pemula dalam perdagangan tertentu. Magang berlanjut hingga Abad Pertengahan.

Revolusi industri

Pada akhir abad ke-18, ekonomi Eropa dan Amerika bergeser dari pertanian ke manufaktur. Penemu mengembangkan mekanisme untuk mempercepat produksi. Namun, mekanisasi menyebabkan cedera, lingkungan kerja yang monoton, dan upah rendah demi produksi yang lebih efisien. Beberapa pengusaha menyadari produktivitas berkorelasi kuat dengan kepuasan pekerja dan berusaha untuk meningkatkan pelatihan dan gaji.

Gerakan Hubungan Manusia

Perang Dunia I membawa perubahan besar di pasar tenaga kerja. Setelah Perang Dunia I, pemerintah dan bisnis menyadari bahwa karyawan tidak akan lagi berkontribusi pada perekonomian jika diperlakukan dengan buruk. Pada tahun 1928, ilmuwan sosial Elton Mayo mulai meneliti efek dari kondisi kerja yang lebih baik pada karyawan. Tidak mengherankan, pekerja dalam kondisi yang lebih baik menghasilkan lebih banyak. Mayo menemukan bahwa dalam kondisi yang lebih baik, karyawan bekerja sebagai sebuah tim dan menghasilkan output yang lebih tinggi. Dia mempromosikan hubungan manusia yang lebih kuat antara bawahan dan pengawas, yang dia sebut "gerakan Hubungan Manusia."

Pendekatan Sumber Daya Manusia

Pada 1960-an, manajer dan peneliti menyadari bahwa hanya karena seorang karyawan memiliki kondisi kerja yang lebih baik tidak berarti dia akan bekerja lebih keras. Sebaliknya, sebuah teori baru muncul. Baik bos dan ilmuwan sosial menyimpulkan bahwa setiap pekerja memiliki kebutuhan individu dan memerlukan bentuk motivasi yang lebih personal untuk menghasilkan lebih banyak. Bisnis mulai memperlakukan karyawan sebagai aset atau sumber daya, yang membutuhkan penanaman dan dorongan agar perusahaan berhasil.

Mengembangkan Sumber Daya

Selama dekade terakhir abad ke-20, penyelia mulai fokus untuk mendekatkan tujuan organisasi dan individu karyawan. Untuk melakukan ini, manajer berusaha untuk membuat pekerjaan menjadi bermakna. Manajemen atas memberi tanggung jawab kepada para profesional sumber daya manusia untuk mengoptimalkan keterampilan karyawan untuk menciptakan tenaga kerja yang lebih bernilai dan terampil. Tren ini telah berlaku hingga abad ke-21, dengan departemen sumber daya manusia menekankan pengembangan keterampilan dan pelatihan bagi karyawan.