Apa itu Kompetensi Inti?

Daftar Isi:

Anonim

Penulis C.K. Prahalad dan Gary Hamel, dalam sebuah artikel "Harvard Business Review" tahun 1990 berjudul "Kompetensi Inti Korporasi," mendefinisikan kompetensi inti sebagai pembelajaran kolektif dalam suatu organisasi. Ini berarti mengetahui bagaimana mengoordinasikan beragam teknologi produksi, mengintegrasikan teknologi yang berkembang dan memberikan nilai kepada pelanggan. Misalnya, kompetensi inti Intel adalah desain semikonduktor. Kompetensi inti mengarah pada produk inti yang terintegrasi ke dalam produk lain untuk pelanggan.

Manfaat

Sebuah perusahaan dapat menggunakan kompetensi intinya untuk membangun pasar yang ada dan menciptakan peluang pasar baru. Konsumen dan bisnis tidak menyadari bahwa mereka membutuhkan desktop sampai mereka mulai menggunakannya. Apple menunjukkan kepada dunia kesenangan memiliki iPod. Sebuah bisnis kecil harus mengidentifikasi, mengembangkan dan kemudian fokus pada kompetensi inti atau kompetensinya untuk membangun produk dan layanan yang melayani kebutuhan spesifik di pasar dan yang tidak dapat ditiru oleh pesaing.

Identifikasi

Prahalad dan Hamel mengidentifikasi tiga tes untuk mengidentifikasi kompetensi inti: Pertama, kompetensi inti harus memperluas pasar yang dapat ditangani. Sebagai contoh, kompetensi desain mikroprosesor Intel memungkinkannya untuk berpartisipasi dalam beragam pasar teknologi seperti laptop, perangkat genggam, komputer desktop, sistem penyimpanan dan server yang kompleks. Kedua, kompetensi inti harus memberikan manfaat bagi pelanggan. Misalnya, keahlian Boeing dalam perakitan pesawat telah memungkinkan perjalanan yang cepat dan nyaman. Dan akhirnya, kompetensi inti harus sulit ditiru, memungkinkan bisnis untuk bersaing secara efektif di pasarnya. Sebagai contoh, Intel mendominasi pasar mikroprosesor, Boeing adalah salah satu dari dua produsen pesawat terkemuka dan Wal-Mart merevolusi ritel kotak besar.

Pengembangan

Setelah kompetensi inti diidentifikasi, perusahaan harus mengembangkannya. Berinvestasi dalam teknologi yang dibutuhkan adalah langkah pertama yang perlu. Misalnya, startup teknologi yang mengembangkan produk perangkat lunak baru harus berinvestasi dalam perangkat pengembangan perangkat lunak terbaru dan dalam beberapa sistem operasi untuk menguji produknya secara komprehensif.Kedua, sumber daya manusia yang memadai - teknis dan penjualan - dan sumber daya keuangan harus dialokasikan karena upaya setengah hati biasanya mengarah pada kegagalan. Ketiga, kemitraan harus digali. Misalnya, startup biotek kecil sering bermitra dengan lembaga penelitian dan mendirikan perusahaan farmasi untuk mendapatkan produk mereka melalui pengujian klinis dan persetujuan peraturan. Dan akhirnya, bisnis harus mengembangkan pola pikir kompetensi inti, yang melibatkan bekerja melintasi batas-batas organisasi dan mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan untuk menumbuhkan generasi kompetensi berikutnya.

Pertimbangan: Manajemen Risiko

Setelah 9/11 dan krisis keuangan 2008, profesor Universitas DePaul Mark Frigo menyarankan bahwa manajemen risiko juga telah menjadi kompetensi inti organisasi yang diperlukan. Para pemangku kepentingan tertarik dengan risiko yang dihadapi perusahaan dan tindakan yang diambil manajemen untuk menanganinya. Frigo menyarankan bahwa bisnis harus mengidentifikasi dan mengukur dampak risiko, mengomunikasikan dampak gangguan secara internal dan eksternal dan menjadikan manajemen risiko strategis sebagai bagian integral dari manajemen strategis keseluruhan.

Direkomendasikan